Press "Enter" to skip to content

Surat Gembala Natal 2021 Uskup Ruteng: Meneguhkan Persaudaraan dalam Kasih Kristus (1Ptr 1:22)

Para imam, biarawan/wati dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Saya, sebagai gembala di keuskupan ini, di awal pesan Natal 2021 ini, ingin menyapa saudara dan saudari sekalian dengan kasih. Saya berharap, meskipun tahun ini kita masih merayakan Natal dalam situasi pandemi Covid-19, Anda semua tetap memiliki hidup dalam sukacita dan pengharapan. Keindahan Natal secara hakiki justru semakin bersinar benderang melalui pengalaman sulit ini. Di baliknya, ada panggilan abadi sekaligus baru, seperti Allah yang peduli dan solider dengan kita manusia, kita pun diajak untuk terlibat dalam karya-karya sosial karitatif membantu sesama yang kecil, miskin dan menderita.

Kasih Allah itu menggerakkan kita secara pribadi dan sosial untuk berbelarasa dengan sesama yang miskin dan menderita. Keyakinan ini membingkai seluruh program pastoral keuskupan kita dalam tahun 2021 ini dalam tema tata layanan pastoral kasih. Kita bersyukur melalui gerakan pembaruan struktur, sistem, pola, kebijakan dan program pastoral, kasih Allah makin dirasakan dan dialami secara konkret oleh banyak orang. Solidaritas yang dibangun atas dasar kasih selalu bersifat altruistis, sebab kita tidak mencari dan mengharapkan sesuatu dari orang lain. Kita meneguhkan persaudaraan iman dan kemanusiaan dengan membantu dan menopang dalam kerelaan sesama yang menderita.

Saudara dan saudari terkasih,
Natal akan menjadi peristiwa bermakna, apabila kita bersatu hati membangun kehidupan bersama yang dilandasi semangat kasih dan solidaritas. Yesus, Sang Imanuel yang datang dan tinggal di tengah-tengah kita, telah memutuskan mata rantai egoisme, kekerasan, dan permusuhan. DIA mendobrak dan mengancurkan penghalang bagi kita dalam membangun kebersamaan dan persaudaraan sejati. Saya ingin meletakkan kesadaran akan makna Natal ini dalam bingkai tiga sumber inspirasi berikut.

Pertama, Surat Pertama Rasul Petrus, yang mengajak kita untuk saling mengasihi sebagai saudara di dalam Tuhan, menjadi inspirasi utama pesan Natal tahun ini ( 1Ptr 1:22). Allah lebih dahulu mengasihi kita dengan mengutus Putera-Nya ke tengah-tengah dunia sebagai Penebus dan Juru Selamat. Untuk itu orang beriman hendaknya menempatkan kasih di atas segalanya: bahaya terbesar ialah jika kita tidak mencintai (1Kor 13:1-13). Namun, kita tidak mungkin mampu mewujudkan kasih persaudaraan itu dengan kekuatan kita sendiri. Kita mesti bersandar pada Allah sendiri yang adalah kasih (1Yoh 4:16).

Kedua, Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja kita, dalam ensikliknya Fratelli Tutti (FT), mengajak semua orang untuk membangun persaudaraan universal tanpa memandang latar belakang. Tidak ada kekuatan lain yang bisa mempersatukan dan menggerakkan solidaritas secara luas selain kasih. Kasih itu selalu mendorong orang untuk melakukan kebaikan bagi sesama (FT 91-94). Namun kita tahu bahwa persaudaraan universal kasih sering kali jauh dari realitas dan pengalaman kemanusiaan. Semangat mementingkan diri dan kelompok (egoisme) memerangkap dunia kita dewasa ini. Di titik ini, persaudaraan lintas batas menjadi pilihan bertindak orang beriman. Namun, kasih Kristus yang rela mengosongkan diri-Nya harus menjadi energi yang menggerakkan dan meneguhkan pilihan ini. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk mewujudkan persaudaraan lintas batas dan dilandasi dan digerakkan oleh kasih Kristus, karena kita semua adalah anak-anak dari Allah dan Bapa yang sama.

Ketiga, kita juga merayakan Pesta Kelahiran Tuhan dalam komunitas kebangsaan dan keindonesiaan kita. Saya ingin mengaitkan Pesan Natal 2021 ini dalam semangat Pesan Natal Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali-Gereja Indonesia (KWI) 2021. PGI dan KWI kembali meneguhkan bahwa hanya cinta kasih Kristus yang mampu menggerakkan persaudaraan (1Ptr 1:22). Di tengah kesulitan dan kesusahan, kita dipanggil untuk menjadi saudara dan saudari bagi sesama terutama yang berbeda pada banyak latar belakang dan pengalaman hidup. Persaudaraan ini harus memiliki jejak melalui aksi nyata bagi kehidupan.

Natal menjadi momentum peneguhan persaudaraan yang dimeteraikan dengan kasih Allah bagi umat manusia yang terwujud secara nyata dan sempurna dalam diri Yesus Kristus. Inkarnasi diri-Nya membebaskan dan menyelamatkan manusia dari aneka belenggu kehidupan. Ia memulihkan martabat kemanusiaan kita dengan menghambakan diri-Nya (Flp 2:7). Ia menjadi miskin agar kita menjadi kaya di dalam rahmat-Nya. Ia mengosongkan diri agar kita memiliki hidup dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Itulah kasih Allah yang solider dengan nasib kita manusia. Solidaritas Allah inilah yang menjadi dasar bagi kita dalam membangun persaudaraan.

Saudara, saudari terkasih,
Saya juga ingin meletakkan inspirasi Natal dalam pergulatan hidup kita. Pertama, kita menemukan semakin banyak alasan mengapa kita dipanggil untuk mempertanyakan diri kita sendiri, di satu sisi, dan memastikan bahwa kita tidak kehilangan harapan, di sisi lainya. Kita dapat menggambarkan pesta Kelahiran Kristus sebagai titik balik dari segala pencobaan yang kita alami. Natal adalah Pesta kasih sayang dan kelembutan. Melalui Natal, kita melihat keindahan sikap rendah hati dan penuh kehangatan.

Kedua, persaudaraan sebagai jiwa komunitas orang beriman menunjukk pada sikap tidak saling mengasingkan. Kita tidak boleh terjebak dalam kedatangan dan cenderung melarikan diri. Sebaliknya, persaudaraan selalu menawarkan ikhtiar keberimanan untuk melebarkan hati, kerelaan untuk membuka diri dengan fondasi kemurahan hati, pada pemberian diri. Hati kita pun harus selalu dibarui dan dimurnikan di dalam Allah agar kita sanggup mengasihi dengan tulus ikhlas seperti Dia (Yoh 13:1).

Ketiga, saya ingin mengungkapkan keyakinan kegembalaan bahwa semangat persaudaraan niscaya membentuk aliansi keimanan yang semakin kuta. Namun, dimensi ini tidak boleh menetap di dalam dirinya sendiri. Kita mesti memastikan bahwa persaudaraan dalam kasih sejatinya membentuk komunitas kasih yang semakin dewasa, yang mampu mengatasi fragmentasi, sekaligus membangun kembali jalinan hubungan untuk kemanusiaan yang lebih erat.

Keempat, bagaimanapun, untuk mencapai tujuan-tujuan ini, dibutuhkan keberanian iman, untuk menempatkan diri dalam melayani kehidupan. Selain keberanian, kreativitas juga dibutuhkan untuk memekarkan keindahan tentang cara pertumbuhan manusia, untuk bermimpi bersama tentang dunia yang lebih baik. Terutama, keindahan untuk menghindari keputusasaan. Sebagai saudara, kita harus semakin saling tergantung satu sama lain bagi dunia yang semakin bersatu (Gaudium et spes, 24).

Saudara, saudari terkasih,
Sebagai gembala di keuskupan ini, saya mengajak kita semua untuk selalu menyempurnakan diri dengan mengusahakan kebaikan dalam hidup bersama dan melakukan segala pekerjaan dalam kasih: omnia in caritate (1Kor 16:14). Kita dipanggil untuk terlibat aktif dalam upaya memelihara dan mewujudkan kerukunan, kedamaian dan persatuan di mana saja kita berada. Semangat Natal mesti meneguhkan persaudaraan kita dalam menyongsong hari-hari mendatang dengan sukacita. Saya ingin menarik perhatian kita pada tiga hal berikut.

Pertama, Paus Fransiskus sudah membuka Sinode Universal dengan ajakan partisipasi semua orang dalam bimbingan Roh Kudus. Kita sudah memulai perjalanan sinode. Kita harus dapat bergerak maju bersama, untuk saling mendengarkan dan memahami zaman kita, dalam solidaritas dengan perjuangan dan aspirasi seluruh umat manusia.

Kedua, dunia dan bangsa kita sedang bergerak bersama dalam fase-fase pemulihan kehidupan akibat bencana pandemi COVID-19. Sekalipun dalam situasi sulit, kita melihat telah banyak langka kreatif dan karya karitatif yang muncul dari kebutuhan untuk memelihara persaudaraan dan mewujudkan solidaritas dalam hidup bersama. Kita mesti berbelarasa dan berbagi kasih dengan siapa pun di sekitar kita terutama yang terdampak Covid-19.

Ketiga, di tahun yang akan datang, kita ingin melanjutkan karya-karya kasih itu agar tetap mewarnai pelayanan pastoral keuskupan kita dan meresapi sendi-sendi kehidupan secara luas dan integral. Pada tahun mendatang, dalam semangat Omnia in Caitate, kita akan menggalakkan pastoral pariwisata holistik yang berbudaya, berpartisipasi dan berkelanjutan. Kita menyadari bahwa pariwisata budaya menjadi medan perjumpaan riil antara Allah dan Manusia yang mencari Dia dalam seluruh pengalaman hidupnya. Dengan demikian kasih yang telah bertumbuh di dalam Gereja menjadi relevan di tengah dunia.

Para imam, biarawan/wati dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang dikasihi Tuhan!

Natal tetap menjadi sumber kedamaian, kebahagiaan dan sukacita yang tak pernah habis untuk kita. Dalam kegelapan malam di Betlehem, terbitlah terang pengharapan baru yang menghalau kegelapan hati dan budi kita (Yoh 1:5). Semoga peristiwa Natal menggerakkan dan memampukan kita untuk membangun persaudaraan dalam kasih Kristus di tengah keluarga, KBG, stasi, paroki dan keuskupan kita. Selamat Pesta Natal! Tuhan memberkati.

Ruteng, 16 Desember 2021
Uskupmu,

Mgr. Siprianus Hormat

Comments are closed.