Press "Enter" to skip to content

Pelayanan Anak Jangan Diabaikan pada Masa Pandemi

Anak-anak mengalami banyak persoalan dan tantangan akibat pandemi Covid 19 satu tahun terakhir. Mereka tidak dapat belajar dan bermain dengan leluasa seperti biasanya. Bahkan, banyak di antara mereka yang mengalami tekanan psikologis akibat pembatasan sosial yang diberlakukan.

Persoalan dan tantangan menjadi semakin berat karena mereka belum mampu untuk secara mandiri menerima keadaan krisis dan menyesuaikan diri. Karena itu, selain orangtua dan sekolah serta lembaga-lembaga lainnya, Gereja perlu memberi perhatian yang besar pada pelayanan bagi anak-anak dan mencari cara-cara kreatif untuk pemenuhan kebutuhan spiritual dan sosial mereka selama pandemi.

Hal ini ditekankan oleh pemateri dari Wahana Visi Indonesia dalam presentasi dengan judul “Pelayanan Anak di Tengah Pandemi” pada Sidang Pastoral Post Paskah di Rumah Ret-Ret Maria Bunda Karmel Wae Lengkas, Jumat 23 April 2021. Pemateri yaitu Tommy Pinem, Hetti Dudi dan Narwastu Anggie Ratsih secara bergantian menjelaskan kepada para pastor peserta Sidang Pastoral dampak Pandemi Covid-19 bagi anak-anak dan langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk tetap melayani mereka.

Manajer WVI Manggarai Tommy Pinem

“Pada periode 17 Maret sampai 20 Juli 2020, tercatat lebih dari 2.712 anak terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia dan sebanyak 51 kasus anak meninggal dunia karena wabah itu. Pembatasan aktivitas akibat Covid-19 mengakibatkan penyesuaian perubahan secara mendadak yang berisiko mengganggu kesehatan mental remaja,” jelas Tommy Pinem.

Dampak psikologis pandemi bagi remaja dan anak-anak, jelas Tommy, di antaranya anak-anak menjadi tidak bersemangat, nafsu makan berkurang, pola tidur terganggu dan khawatir berlebihan. Pemanfaatan ponsel pintar yang diharapkan untuk kegiatan pembelajaran, justeru lebih banyak dipakai untuk permainan dan hiburan.

Pelayanan bagi Anak di Masa Pandemi

Lebih lanjut Tommy Pinem menjelaskan, pelayanan bagi anak pada masa pandemi dapat dilakukan dengan bertolak dari prinsip-perinsip pelayanan yaitu mengembalikan rutinitas anak yang hilang, memenuhi kebutuhan anak melalui pelayanan yang holistik dan kreatif, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dan memperkaya pengalaman anak untuk mengalami kebaikan Tuhan Yesus di masa Sulit.

“Kebutuhan anak tentu tidak hanya spiritual atau ibadat. Karena itu pendekatannya menyeluruh dan kreatif. Seperti yang kita kembangkan dalam program paroki ramah anak,” jelas Tommy.

Sementara itu, untuk dapat melakukan pelayanan yang kreatif dan menyeluruh bagi anak-anak, hal-hal strategis yang perlu diperhatikan yaitu identifikasi kebutuhan (kesenjangan masalah dan harapan), menginventarisir kekuatan sumber daya sekitar, penguatan kapasitas kolaborasi tim pelayan anak (KKI, JPIC,Komisi Pendidikan, komisi keluarga,Yasukma, Paroki ,WVI dll), pemberdayaan keluarga sebagai gereja kecil memperkaya pengalaman anak mengalami Yesus Juru Selamat, dan pemberdayaan Children Helping Children dengan semangat 2 D 2 K.

Narwastu Anggie Ratsih

Narwastu Anggie Ratsih presentasinya menjelaskan berbagai bentuk kegiatan pelayanan bagi anak-anak yang dapat dilakukan selama masa pandemi. Kegiatan-kegiatan itu terdiri atas tiga yaitu kegiatan tatap muka offline melalui kunjungan rumah dan kegiatan terbatas, pertemuan virtual melalui media sosial dan pertemuan gabungan antara tatap muka offline dan virtual.

Comments are closed.