Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng
(Minggu 14 Sept 25: Bil 21:4-8 ; Flp. 2:6 -11; Yoh 3:13-17)
Manusia senang bergerak ke atas. Maka tak mengherankan bila sejak kecil anak-anak senang memanjat pohon. Sebaliknya mereka enggan untuk turun memasuki sebuah lubang. Ketika berada di bangku sekolah, remaja berlomba mengejar prestasi akademik. Setelah bekerja, orang getol mengejar karir. Dalam dunia politik orang terobsesi mengejar kekuasaan, bahkan tega menyingkirkan yang lain secara brutal. Begitu pula dalam dunia ekonomi demi keuntungan setingginya, orang memeras dan mengeksploitasi yang lain.
Persis orientasi ke atas yang menyingkirkan yang lain inilah yang menjadi sumber konflik dan perpecahan dalam kehidupan bersama. Egoisme demikian bahkan merusak relasi dengan Allah, karena pada akhirnya gerakan ke atas ini sampai pada titik ingin “menjadi seperti Allah” seperti kisah Kitab Kejadian tentang dosa Adam Hawa (Kej 3). Di sinilah terpentas tragis nasib manusia. Saat dia ingin menjangkau langit, dia justru jatuh terkubur dalam tubir yang paling dalam.
Pola Allah justru sebaliknya. Dia bergerak ke bawah. Karena cinta! Maka meskipun Dia agung, mulia, tak terbatas, dan abadi, Allah rela masuk ke tengah dunia yang rapuh dan fana ini. Injil Yohanes mewartakan: Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia, sehingga Dia mengutus putera tunggal-Nya ke tengah- tengah dunia agar dunia diselamatkan oleh-Nya.

Maka gerak turun Allah bermakna soteriologis: agar manusia diselamatkan. Dia turun ke bawah untuk merangkul manusia dalam pelukan kerahiman dan mengangkatnya ke dalam kemuliaan. Persis inilah yang disimbolkan dalam salib. Salib mengungkapkan gerakan timbal balik. Yaitu gerak descendens Allah (ke bawah) yang solider dengan manusia, bahkan bersatu dengannya dalam kematiaan. Kemudian gerak ascendes Allah (naik), yang membopong manusia naik ke dalam kemuliaan surgawi (Flp 2).
Pesta salib suci hari ini juga bermakna pedagogis. Hidup ini bukanlah peristiwa instant. Tetapi hanya melalui gerak ke bawah, saya bisa bergerak ke atas. Hanya melalui perjuangan dan peluh keringat, saya dapat meraih prestasi sejati. Hanya dengan keluar dari egoisme, dan turun ke dalam lumpur penderitaan kemanusiaan, saya bisa menyembulkan cahaya pengharapan surgawi untuk sebuah dunia yang lebih manusiawi dan beradab. Selamat merayakan Pesta Salib Suci. Tuhan memberkati.
Comments are closed.