Press "Enter" to skip to content

Inspirasi Minggu: Menjadi Murid Yesus: Begitu Beratkah?

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

(Minggu 23C, 7 Sept 25: Luk 14:25-33)

Salah satu perikop yang mengganjal hatiku selama ini adalah teks minggu ini. Begitu sulitkah menjadi pengikut Yesus? Syarat yang dipaparkan Yesus terasa begitu menohok dan tidak manusiawi? Kok untuk itu harus membenci orang tua, suami-isteri, anak dan saudara/i yang selama ini menjadi asal usul keberadaan dirinya dan habitat cinta yang memberinya kebahagiaan? Kok untuk mengikuti Yesus orang harus  memanggul salib dan membenci nyawanya sendiri? Tuntutan Yesus ini begitu radikal.  Sepintas sungguh tak masuk akal dan tak mungkin dapat dijalani!!!

Persoalan pertama yang perlu dijernihkan adalah istilah “membenci”. Istilah ini janganlah dimengerti seakan-akan terjadi oposisi (pertentangan mendalam) antara menjadi murid Yesus dengan relasi keluarga dan diri sendiri. Kata Yunani “misei” di sini menerjemahkan gabungan kata-kata ibrani yang berarti memihak, mengutamakan, terikat. Jadi Yesus sesungguhnya tak mengajakku untuk membenci keluarga dan diri sendiri tetapi TIDAK BERPIHAK, MENGUTAMAKAN hal-hal itu  daripada diri-Nya dan perutusan-Nya. Kerajaan Allah lah yang pertama dan utama. Segala hal lain tak boleh menghambat komitmen pengikut Yesus untuk bersaksi tentang cinta-Nya, penyelamatan-Nya bagi semua orang (Kerajaan Allah).

Di sini sebetulnya sangat tepatlah tuntutan Yesus. Karena bukankah ikatan terhadap keluarga sendiri yang kerap membuat orang berbuat kejahatan kepada yang lain? Orang menjadi tak peduli dengan yang lain, berbuat kekerasan pada yang lain, memeras yang lain, dan korupsi? Beberapa waktu lalu ada lontaran pendapat kritis atas keserakahan para koruptor di Indonesia. Konon mereka korupsi bukan sekedar karena nafsu akan uang yang ada dalam dirinya, tetapi karena kewajiban untuk membiayai tuntutan gaya hidup mewah istri dan anak-anaknya. Dalam dunia serba pencitraan ini, pasangannya harus bertas Gucci/Prada, dan anaknya harus bermobil Mercedes Benz…

Demikian pula peringatan Yesus akan ikatan pada diri sendiri atau egoisme. Hal ini   yang dalam kehidupan sehari hari merupakan akar yang merusak keharmonisan, perdamaian, keadilan dan kepentingan umum dalam kehidupan bersama. Jadi benarlah peringatan Yesus untuk tidak  memihak diri (“membenci”), tidak egois dan mengorbankan yang lain. Sebaliknya hidup bersama yang bahagia terwujud dalam solidaritas satu sama lain.

Hal serupa pulalah yang menjadi point ketiga injil tentang syarat kemuridan Yesus yaitu “melepaskan harta milik”. Sebab keterikatan pada harta milik inilah yang selalu menghambat komitmen seseorang pada kejujuran, keadilan dan solidaritas dengan sesama, bahkan menjadi sebab tindakan pemerasan dan eksploitasi orang lain. Tentu pengikut Yesus tak dilarang menjadi kaya. Tetapi Yesus mewanti-wanti nafsu serakah harta duniawi yang sangat berbahaya dan merusak . Sebaliknya bila orang tidak rakus harta dan tidak tergila gila dengan materi yang fana, hatinya menjadi terbuka untuk diisi oleh kekayaan rohani yang abadi.

Jadi tiga tuntutan pengikut Yesus yang dipresentasikan penginjil Lukas pada hari minggu ini sesungguhnya memiliki arti demikian bebas dari ikatan keluarga (kontra nepotisme), bebas dari egoisme, dan bebas dari materialisme. Bila kita berkaca dari hidup sehari-hari, sungguh benar dan tepat tiga tuntutan Yesus tersebut. Hanya dengan “lepas bebas” dari ikatan duniawi, kita baru dapat sungguh merasakan indahnya nilai-nilai Kerajaan Allah, kita baru sungguh dapat mengecapi manisnya hal-hal surgawi dalam hidup ini.

Dalam konteks perikop injil sebelumnya, yakni perumpamaan injil Lukas 14:15-24, Yesus memperlihatkan bahwa tamu undangan Kerajaan Allah adalah orang miskin, cacat, buta, dan lumpuh. Dalam perikop lanjutannya, teks hari minggu ini, penginjil Lukas ingin melengkapi dan menggarisbawahi maksud Yesus bahwa masuk ke dalam Kerajaan Allah tidaklah sekedar situasi rentan dan sengsara. Menjadi penghuni Kerajaan Allah, atau menjadi pengikut Yesus memiliki syarat tertentu seperti yang dijelaskan di atas.

Akhinya, jika kita renungkan mendalam, ketiga tuntutan Yesus di atas,  bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Begitu banyak orang telah berjuang untuk mempraktikkannya, tentu dengan jatuh bangun. Kaul hidup membiara misalnya adalah upaya untuk lepas bebas dari hal duniawi dan terarah sepenuhnya kepada Kerajaan Allah. Begitu pula banyak orang “awam” di samping memperhatikan dirinya dan keluarganya juga telah berupaya untuk membantu yang lemah dan miskin serta peduli dengan sesama yang menderita.

Maka dari itu syarat menjadi pengikut Yesus dalam teks injil hari minggu ini bukanlah hal yang tidak realistis dan tidak manusiawi. Sebaliknya, dalam kekuatan rahmat Tuhan kita dapat menjalaninya dan menemukan kebenaran Sabda Yesus ini: Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka segala yang lain akan ditambahkan kepadamu!

Orang yang mengutamakan Yesus dalam hidupnya, akan menikmati hidup bahagia sejati dalam relasi dengan keluarga, harta dan dirinya sendiri. Orang yang mencari Kerajaan Allah dalam pergumulan hidup ini, telah mulai merasakan indahnya kebenaran, keadilan, perdamaian dan kesejahteraan bersama di tengah dunia ini.   

Maka marilah terus berjuang menjadi pengikut Yesus yang sejati. Tak usah gamang! Tak usah ragu! Engkau pasti bisa! Dalam kekuatan rahmat-Nya! Selamat berhari minggu. Tuhan memberkatimu..

Comments are closed.