Press "Enter" to skip to content

INSPIRASI MINGGU ALLAH TRITUNGGAL: BERSATU DALAM CINTA

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

(Minggu, 15 Juni 2025. Rm 5:1-5, Yoh. 16:12-15)

Dalam relasi cinta yang manusiawi orang mengalami kebenaran ini: cinta yang sejati terwujud ketika setiap pihak memberikan diri sepenuhnya kepada yang lain, melayani dan berkurban demi yang lain. Tetapi hal ini terjadi tanpa setiap pihak kehilangan identitasnya, sekaligus tanpa menghilangkan identitas yang lain. Sebaliknya justru dalam relasi yang intim dan membentuk kesatuan itu, setiap pihak meneguhkan yang lain dalam keunikannya. Suami yang baik misalnya terlihat ketika istrinya dicintai apa adanya dan sang istri diteguhkan (bukan dikuasai), menjadi seperti dirinya yang sejati, dalam relasi kesatuan itu.

Gambaran manusiawi ini kiranya membantu memahami hakikat dan relasi Allah Tritunggal. Melalui pewahyuan (dari Allah sendiri, bukan dikarang oleh manusia), seperti yang terungkap dalam bacaan-bacaan hari ini. Kita pada akhirnya mengenal tiga pribadi ilahi, yang berbeda satu sama lain tetapi sekaligus bersatu sempurna satu sama lain. Ketiganya saling meresapi secara total dan utuh tanpa meniadakan yang lain dan juga tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Dalam tradisi gagasan ini disebut pericherosis (circumincessio). Bersatu sempurna tanpa terlebur. Justru dalam kesatuan dengan pribadi yang lain, keunikan (identitas) masing masing pribadi terungkap.

Sejak keabadian menurut Kitab Amsal Kebijaksanaan (ditafsir sebagai Putera) itu telah ada. Sebelum bumi diciptakan Dia telah bersama sama dengan Allah. Kemudian Yesus sendiri dalam injil menegaskan hakikat dirinya yang ilahi sekaligus kesatuan-Nya dengan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu. Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku (Yoh 16). Yesus juga menguraikan panjang lebar tentang pribadi ilahi yang ketiga yakni Roh Kudus. Dialah yang diutus Bapa dan Putera untuk “menghibur” (menguatkan hati) dan menuntun (pikiran dan kehendak) manusia kepada kebenaran. Namun Roh Kudus ini adalah Roh dari Bapa dan Putera. Dia bukan berasal dari pihak lain. Jadi Yesus sendiri mewahyukan kepada kita tentang misteri Allah Tritunggal. Allah yang satu dalam hakikatnya (esensinya) tetapi yang berbeda dirinya (pribadinya).

Ketiganya bersatu sempurna dalam cinta karena itu satu. Tetapi dalam relasi cinta yang mempersatukan itu terungkap kedirian, keunikan setiap pribadi. Menurut teolog Gisbert Greshake, relasi trinitaris itu ibarat “tarian cinta” atau “dansa cinta”. Pribadi yang saling mencinta bergerak bersama secara harmonis, bersatu indah tanpa menjadi lebur dan hilang serta meniadakan yang lain. Justru dalam gerakan mesra kepada yang lain, masing masing diri terungkap dengan indah dan memukau.

Selanjutnya Rasul Paulus memperlihatkan kita bahwa Allah Tritunggal itu hidup dalam diri kita manusia. Relasi cinta Allah Tritunggal tidak tertutup dalan diri-Nya tetapi memancar dan mengalir kepada manusia. Manusia memperoleh damai sejahtera tatkala Yesus, Allah Putera, bersatu dengannya, dan kemudian menuntunnya ke dalam pelukan kasih Bapa (Rom 5:1-5). Cinta ilahi ini telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Dialah yang telah mengurapi kita dalam pembaptisan dan meresapi kita dalam suka duka perjuangan hidup dengan kekuatan cinta ilahi sehingga kita semakin menjadi “anak-anak Allah”.

Sungguh menakjubkan: Allah Tritunggal yang agung dan kekal telah merengkuh kita yang fana dan lemah ini ke dalam pelukan ilahi yang abadi. Jadi pengalaman Allah Tritunggal yang nyata sesungguhnya terasakan dalam pengalaman cinta yang sejati dalam hidup sehari-hari. Selamat merayakan pesta Allah Tritunggal. Tuhan memberkati….

Comments are closed.