Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng
(Minggu, 31 Agust 25: Luk 14:1.7-14)
Injil hari minggu ini bukan bicara tentang pedoman atau tata cara duduk dalam pesta bagi orang Kristiani. Juga bukan pertama-tama ajaran tentang sikap rendah hati. Tapi teks injil hari ini mewartakan tentang Kristus “yang telah merendahkan diri dan ditinggikan oleh Bapa-Nya”. Dialah yang oleh rasul Paulus dalam Kitab Filipi disebut sebagai Allah yang bukan hanya telah mengosongkan diri-Nya menjadi manusia tetapi bahkan mati sebagai orang terhina di kayu salib. Itulah sebabnya Allah telah meninggikan Dia dan menganugerahkan nama (kuasa) di atas segala nama kepada-Nya.
Jadi Sabda Tuhan hari minggu ini berpusat pada Kristus, sekaligus mengajak kita semakin percaya kepada-Nya dan mengikuti inspirasi dan teladan hidup-Nya. Injil berciri Kristologis dan mendorong kita semakin menjadi orang yang beriman kepada-Nya. Untuk itu lagi-lagi Santu Paulus dalam surat Filipi mengajak kita, “hendaklah kamu sekalian menjadi sama seperti Kristus yang telah merendahkan diri-Nya…” (Flp 2:5-8). Dengan demikian hari ini Sabda Tuhan tidak sekedar mendidik kita untuk bersikap rendah hati. Namun lebih dari itu secara mendasar injil menginspirasi kita untuk semakin percaya kepada Kristus dan mengikuti jalan hidup-Nya. Jalan hidup Kristus inilah yang terbaik dan memberikan kebahagiaan sejati dalam diri kita.

Latar belakang kisah injil hari minggu ini adalah kebiasaan orang Yahudi yang kaya untuk berkumpul makan bersama setelah ibadat sore pada penutupan haru Sabat. Biasanya mereka makan bergilir di antara mereka saja. Mereka membentuk sebuah klub perjamuan orang kaya yang eksklusif. Mereka tak peduli bahwa di luar rumah perjamuan mereka berjejal orang miskin, cacat, lumpuh dan buta yang sedang mencari “sesuap nasi”. Sikap eksklusifisme dan hati yang tak peduli dengan penderitaan orang inilah yang dikritik pedas oleh Yesus. Dia mengajak publik untuk memperhatikan dan mendahulukan orang miskin sengsara. Bila engkau mengadakan pesta perjamuan, undanglah orang-orang miskin yang tak punya apa-apa ini. Mereka memang tak memiliki apa apa untuk diberikan kepadamu. Tapi Tuhan sendiri yang atas nama mereka “membalas kepadamu”. Dia sendiri yang akan memberikan kebahagiaan dan sukacita berlimpah kepadamu.
Bukankah pengalaman ini pula yang kita alami bila berbagi dengan orang yang miskin menderita? Setelah memberi kita justru merasa sebagai orang yang “diberi”, orang yang boleh merasakan ketulusan hati mereka, yang boleh menikmati senyum syukur mereka, yang boleh belajar dari penderitaan dan perjuangan hidup mereka.
Hari ini Yesus mengajak kita untuk semakin beriman kepada-Nya, mengikuti teladan hidup pengurbanan-Nya yang total dan utuh. Hal ini mulai terwujud dalam hidup ini ketika saya dan engkau tersentuh dan peduli dengan orang-orang sengsara di sekitar kita; manakala kita meretas jalan baru solidaritas, serta merangkai etos berbelarasa di tengah-tengah dunia yang tercabik-cabik oleh kekerasan dan egoisme. Mari bersama-sama kita tekun dan giat membangun peradaban kasih dalam hidup sehari-hari. Hanya dengan beginilah kita semakin pula menapaki jalan hidup Kristus dan memuliakan Dia dalam hidup ini. Happy sunday! Tuhan memberkatimu….
Comments are closed.