Press "Enter" to skip to content

INSPIRASI MINGGU PASKAH 6: WASIAT TUHAN

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

(Minggu 25 Mei 2025: Yoh 14:23-29)

Sebelum kembali kepada Bapa di Surga, Tuhan Yesus meninggalkan wasiat yang sangat berharga bagi para murid-Nya. Tapi wasiat itu bukan berupa harta karun yang mengkilau, bukan pula kekuasaan yang gemerlapan, bukan juga pencitraan yang memukau dunia. Tidak! Yesus tidak mewariskan hal material tetapi nilai. Yesus meninggalkan peristiwa bukan sesuatu kepada murid-Nya. Peristiwa atau situasi itu adalah damai sejahtera (syalom): “Damai Sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai Sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu!” (Yoh 14:27). Damai sejahtera adalah situasi kehidupan dalam pelbagai aspek dan dinamikanya yang diresapi oleh kasih ilahi. Karena itu damai sejahtera mengandaikan relasi cinta. Dan relasi cinta itu berpangkal dalam relasi cinta Allah Tritunggal sendiri. Maka ujar Yesus, “Jika seorang mengasihi Aku…Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23).

Jadi jelaslah, hanya dengan berakar pada Tuhan, dalam relasi kasih dengan-Nya, orang Kristiani dapat merasakan dan mengalami damai sejahtera dalam suka duka kehidupan ini. Hanya ketika orang menimba air kehidupan dari sumber Ilahi, ia dapat merasakan kesegarannya yang membasahi kehidupan yang kering di tengah dunia yang kerontang ini. Namun demikian juga terjadi sebaliknya, manakala orang berpaut pada hal yang lain, bukan pada Allah, maka dia tak akan pernah dapat mengecapi dan mengalami kekuatan damai yang sejati. Bukankah kegersangan hidupku selama ini terjadi karena aku tidak setia menimba kekuatan dari mata air kehidupan Ilahi? Bukankah kegalauan hidupku dalam perjuangan hidup di tengah dunia ini semakin menjadi-jadi karena aku terlampau bergantung pada hal-hal yang fana? Bukankah kehampaan dan kekosongan hidupku terasa semakin perih, karena dalam zaman ini aku terlalu mengisinya dengan sekian banyak pencitraan yang semu?

Yesus mengingatkan aku dalam injil hari ini: “janganlah gelisah dan gentar hatimu!” (Yoh 24:27). Aku memang sering gelisah dan galau dalam hidup sehari-hari, karena terlalu sibuk mencari kepuasan dan sandaran hidup dalam hal-hal duniawi yang rapuh. Aku sering cemas dan bingung dalam pergumulan hidup ini, karena terlalu mengisinya dengan “kenikmatan duniawi” yang semu. Aku sering merasa kosong dan hampa dalam hidup ini, karena terlalu meluberi hatiku dengan gelora egoisme yang tanpa henti. Padahal hidup menjadi penuh dan “berkelimpahan” bila diisi dengan relasi yang hangat dan peduli dengan yang lain. Diri menjadi tenang dan damai bila diresapi oleh damai Ilahi yang langgeng. Ziarah hidup ini dalam pahit-manisnya senantiasa penuh pengharapan bila dibangun dalam kerahiman Tuhan: “Damai Sejahtera yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”, ujar Yesus (Yoh 14:27).

Maka, mari kita sambut dalam hari minggu ini damai sejahtera-Nya. Mari kita kecapi dan rasakan damai sejati yang meluber dari kerahiman hati-Nya yang tanpa batas. Mari kita alirkan bersama kekuatan-Nya untuk menyembuhkan dunia kita yang sedang sakit oleh perselisihan, kekerasan dan peperangan. “Damai bersamamu!”. Salam Minggu Paskah ke-6…

Comments are closed.