Press "Enter" to skip to content

INSPIRASI MINGGU: PENCOBAAN IBLIS DALAM HIDUPKU

(Minggu Prapaskah 1, 9 Maret 2025; Luk 4:1-13)

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

Kisah percobaan Yesus di padang gurun selama 40 hari merefleksikan sejarah masa lalu Israel yang berziarah selama 40 tahun di padang gurun. Tetapi dengan hasil yang berbeda: bila Israel gagal dalam pencobaan, Yesus justru mengatasi cobaan iblis dengan agung dan souveran. Namun bukan hanya retrospeksi ke masa lalu, narasi pencobaan padang gurun ini juga proyeksi ke masa depan, ke dalam derap sejarah setiap insan manusia sepanjang masa. Apa yang dialami oleh Yesus adalah cermin pergumulan yang melilit kehidupan setiap orang beriman.

Dengan cerdik iblis menilik kebutuhan Yesus yang paling dasar dalam situasi lapar yakni makanan. Maka cobaan pertamanya adalah keterikatan material: batu menjadi roti. Berhati-hatilah pula dengan titik-titik lemah dalam dirimu. Itulah yang selalu dibidik Iblis dengan jitu.  Materi selalu dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan di tengah dunia ini. Yang berbahaya bila ia meyakini kenikmatan material itulah yang memuaskan dan membahagiakan hidupnya.  Justru titik lemah inilah yang terus dimainkan iblis dalam kehidupan manusia.

Kalau zaman “now” kita tengah dirasuki oleh semangat materialistis, bukankah ini pertanda kita sedang membiarkan iblis menguasai hidup kita? Yesus mengingatkanku, manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari Firman Allah. Hanya ketika saya berpaut pada Allah dan menemukan kepuasaan dahaga hidupku pada-Nya, di situ aku dapat mengatasi godaan iblis: materialisme, konsumerisme dan hedonisme. Hanya pada-Nya aku dapat mengecapi  kebahagiaan yang sejati.

Setelah gagal dengan cobaan pertama, iblis menemukan dan melemparkan cobaan kedua terhadap Yesus, yakni keterikatan pada gengsi (kekuasaan): segala kemegahan dan kemasyuran duniawi akan diberikannya, asalkan Yesus menyembahnya. Memang wajarlah bila dalam kehidupan ini setiap orang membutuhkan pengakuan dari orang lain. Namun orang dapat tergelincir untuk ingin selalu “dijunjung tinggi” dan tergila-gila mendapat “aplaus” dari massa. Untuk itu tak segan-segan ia menggunakan segala cara untuk “berkuasa” dan “menjadi hebat”. Bukankah carut marut Pilpres, Pileg, Pilkda dan Pilkades kita menggambarkan hal ini?

Jika zaman ini orang tergila-gila dengan “pencitraan”, apakah ini pertanda kuasa iblis sedang merasuk dasyat? Bila dalam kehidupan keluarga dan masyarakat semakin terjadi konflik dan dominasi terhadap yang lain, pertanda apakah ini?  Yesus mengajakku untuk hanya mencari dan menemukan kebahagiaan sejati pada Allah. Mari menyembah-Nya, bukan kehebatan dan keberhasilan duniawi.

Bila dua cobaan sebelumnya terkait dengan hal duniawi, maka cobaan ketiga dan terakhir justru menyasar pada hal spiritual. Sambil mengutip ayat Kitab Suci, iblis menantang iman Yesus: jatuhkanlah dirimu ke bawah, maka para malaikat akan menatang-Mu.  Iblis tidak hanya pandai menggunakan hal-hal duniawi untuk menggoda manusia. Ia juga hebat untuk memanipulasi kita dengan argumen saleh, biblis dan teologis. Bukankah hal ini terjadi juga dalam hidupku ketika aku memanfaatkan Allah untuk pembenaran diri atau memanipulasi ajaran-Nya untuk kepentingan diri?

Yesus memperingatkanku: “jangan mencobai Tuhan, Allahmu!”. Mari mempercayai Dia dengan tulus dan tanpa pamrih. Mari mempersembahkan hidup kita khususnya dalam masa Prapaskah ini ke dalam sungai kerahiman-Nya yang mengalir berlimpah tanpa henti. Selamat berhari Minggu Prapaskah Pertama. Tuhan memberkatimu..

Comments are closed.