TAHUN PASTORAL EKARISTI TRANSFORMATIF:
SUMBER & PUNCAK KEHIDUPAN GEREJA (SPKG; LG 11)
ACCIPITE ET MANDUCATE EX HOC OMNES
“TERIMALAH DAN MAKANLAH KAMU SEMUA” (MATIUS 26:26)
(WAE LENGKAS-RUTENG, 6 – 9 JANUARI 2025)
Pendahuluan
- “Terimalah dan makanlah kamu semua!” (Mat. 26:26). Ini wasiat Yesus dalam Perjamuan Terakhir yang mengundang kami untuk merenungkan, merasakan, dan mewujudkan misteri Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Gereja (LG 11). Dalam Sakramen yang Agung ini, kami bersatu dengan Kristus Sang Penebus dan Tubuh Mistik-Nya Gereja serta memperoleh kekuatan dalam kehidupan yang penuh kasih terhadap sesama dan alam ciptaan. Ekaristi meresapi dan menggerakkan tanggung jawab kami dalam membangun dunia yang adil, damai, dan sejahtera serta menuntun kami menuju kepenuhan sukacita perjamuan surgawi. Kesadaran dan keyakinan mendalam akan misteri Ekaristi ini, mendorong kami untuk mengusung tema “Pastoral Ekaristi Transformatif” dalam Sidang Pastoral Post-Natal Gereja Partikular (Lokal) Keuskupan Ruteng, yang berlangsung di Wae Lengkas, 6 – 9 Januari 2025.
- Dalam spirit Episkopal, “Omnia in Caritate”, kami 190 pelayan pastoral yang terdiri atas Uskup Ruteng, para anggota Kuria Keuskupan, para Pastor Paroki dan Pastor Rekan, para utusan Dewan Pastoral Paroki, para pimpinan lembaga serta tarekat yang berkarya di Keuskupan Ruteng, telah “berjalan bersama” untuk mengecapi, merenungkan, dan menghayati Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja (SPKG). Tema ini merupakan tema tahun kesepuluh yang merupakan momentum puncak yang membingkai dan meresapi seluruh program implementasi Sinode III dalam lingkaran sepuluh tahun: Tahun Liturgi (2016), Tahun Pewartaan (2017), Tahun Persekutuan (2018), Tahun Pelayanan (2019), Tahun Penggembalaan (2020), Tahun Tata Layanan Pastoral Kasih (2021), Tahun Pariwisata Holistik (2022), Tahun Ekonomi Berkelanjutan (2023), dan Tahun Ekologi Integral (2024).
- Metode yang dipakai dalam Sidang Pastoral ini adalah metode 3M, yang meliputi tahap Melihat, Menilai, dan Memutuskan. Pada tahap Melihat, kami mengevaluasi implementasi Pastoral Ekologi Integral 2024 dan membaca konteks gerejawi Ekaristi. Pada tahap Menilai, kami menimbang rangkaian inspirasi dari khasanah biblis-teologis, kateketis, liturgis, dan kultural yang mengalir dalam forum diskusi yang melahirkan gagasan-gagasan pokok pastoral. Akhirnya, pada tahap Memutuskan, kami menentukan dan merumuskan berbagai program strategis Ekaristi Transformatif untuk semakin mewujudkan kehidupan umat Allah Keuskupan Ruteng yang dijiwai dan dihidupi oleh Ekaristi.
Evaluasi Pastoral Ekologi Integral 2024
- Sebelum menjalankan Tahun Ekaristi Transformatif, kami mengevaluasi pelaksanaan program Tahun Pastoral Ekologi Integral 2024. Dari hasil evaluasi kami menemukan, bahwa program pastoral ekologi integral telah memberi dampak signifikan terhadap kehidupan umat, baik secara pribadi maupun komunitas. Dengan pendekatan yang holistik, program ini mengintegrasikan kesadaran akan pelestarian alam dengan kesejahteraan spiritual dan material. Meskipun dengan ketercapaian yang bervariasi dan terbatas, kami melihat para pelayan pastoral dapat mendesain dan mengorganisasi gerakan Pastoral Ekologi Integral. Selain itu, dampak program terlihat dalam perubahan cara pandang umat terhadap lingkungan hidup, alam tidak lagi dianggap semata-mata sebagai sumber daya untuk dieksploitasi, tetapi sebagai anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dipelihara. Pendekatan ini membangun kesadaran baru di kalangan umat untuk mewujudkan Ekologi Integral yang Harmonis, Pedagogis, dan Sejahtera.
- Program-program Ekologi Integral seperti edukasi, penguatan spiritualitas, penanaman pohon, distribusi anakan pohon untuk umat, pertanian organik, pengelolaan sampah, konservasi air, pola konsumsi sehat ekologis, kampanye, dan gerakan ekologis telah memberi kontribusi nyata dalam memperkuat kesadaran, keterampilan, dan gaya hidup yang ramah dan sayang lingkungan hidup. Dengan itu, terbangun narasi keberlanjutan untuk merawat dan mencintai ibu bumi sebagai rumah bersama baik generasi sekarang maupun generasi anak-cucu.
Dasar Trinitaris Ekaristi
- Ekaristi adalah puji syukur (Eucharistia) atas peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan manusia. Karya penyelamatan ini bersumber dari Allah Bapa, dilaksanakan oleh Allah Putera, dan dihadirkan sepanjang zaman bagi semua orang oleh Roh Kudus. Maka Ekaristi selalu berciri Trinitaris. Paus Benediktus XVI menegaskan, bahwa dalam perayaan Ekaristi, Allah Tritunggal (Deus Trinitas) menyatakan kasih-Nya kepada kita (Sacramentum Caritatis, S.Car 8).
- Seluruh hidup Yesus bercirikan Ekaristi. Dia datang ke tengah dunia untuk mewujudkan kasih Allah agar setiap orang memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16–17). Dia lahir di palungan (lambang altar) dan menjadi Roti Kehidupan (Betlehem) bagi umat (domba) (bdk. Mat. 2:1 – 12; Mi. 5:1; Mzm. 22:25). Dalam peristiwa pernikahan di Kana, Dia mengubah air menjadi anggur simbol Ekaristi (Yoh. 2:1–11). Dalam perjamuan Malam Terakhir, Yesus menetapkan Ekaristi (Luk. 22:18; 1Kor. 11:24 – 25) yang merupakan kenangan akan peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya yang menyelamatkan.
Ekaristi: Peristiwa Penebusan oleh Kristus
- Dalam perayaan Ekaristi, misteri karya penyelamatan Kristus terwujud secara penuh dan nyata: “Inilah tubuh-Ku! Inilah darah-Ku…demi pengampunan dosa!” (Mrk. 14:22.24; Mat. 26:28). Pegurbanan-Nya di kayu salib demi keselamatan manusia yang diterima oleh Bapa dalam peristiwa Paskah diaktualkan oleh Roh Kudus dalam perayaan Ekaristi dan bermanfaat bagi keselamatan kita. Karena itu, Konsili Vatikan II meyakini, “Setiap kali kurban salib yang di dalamnya dipersembahkan Kristus, Anak Domba Paskah, dirayakan di altar, terlaksanalah karya penebusan kita” (LG 3).
- Dalam seluruh perayaan Ekaristi, Kristus Penebus sungguh hadir dengan penuh dan nyata. Dia hadir melalui imam pemimpin perayaan dan dalam diri umat Allah yang berkumpul dalam nama-Nya (Mat. 18:20). Dalam Ekaristi Yesus hadir melalui sabda-Nya dan secara istimewa dalam rupa Roti dan Anggur, yang menjadi Tubuh dan Darah-Nya (SC 7). Dalam perayaan Ekaristi misteri penebusan Tuhan sungguh menjadi nyata dan benar (figura transit in veritatem; S.Car 11).
- Tradisi Gereja mengajarkan bahwa dalam perayaan Ekaristi seluruh hakikat Roti dan Anggur berubah menjadi hakikat Tubuh dan Darah Kristus (transsubstantiatio). Kristus hadir sepenuhnya dan nyata. Dia sungguh menjadi Roti Kehidupan yang memberi kehidupan kepada dunia (Yoh. 6:51).
Merayakan Ekaristi: Hidup dalam Kristus
- Dalam Ekaristi Kristus memberikan diri-Nya dan kita menerima diri-Nya. Secara khusus melalui Komuni, saat kita makan Roti Ekaristi, kita bersatu dengan Kristus. Sebab Dia sendiri bersabda: “Barang siapa makan daging-Ku, Ia berada di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh. 6:56). Dengan menerima Tubuh Kristus (Soma) kita menerima seluruh diri Kristus. Kristus hidup dalam diri kita dan kita hidup dalam Dia. Dalam Ekaristi “bukan saja masing-masing kita menyambut Kristus, tetapi juga Kristus menyambut kita masing-masing…‘Yang makan tubuh-Ku akan hidup dalam Aku’ (Yoh. 6:57)” (EE 22).
- Dalam Ekaristi terjadi peristiwa transformasi diri Allah demi keselamatan kita. Kita pun turut bertransformasi menjadi sama dengan apa yang kita terima. Santo Agustinus berujar, “Lihatlah misteri keselamatanmu yang ada di hadapanmu; lihatlah dirimu menjadi seperti apa yang kalian terima”. Ekaristi menarik kita ke dalam gerakan pengurbanan diri Yesus. Kita sungguh masuk dalam dinamika pengurbanan-Nya demi keselamatan dunia (S.Car 11).
- Inti iman kristiani dalam perayaan Ekaristi ini meski terungkap dalam ritus perayaan Ekaristi. Lex credendi harus sejalan dengan lex orandi. Apa yang diimani tampak dalam apa yang dirayakan. Karena itu, kita mesti terus mengembangkan seni merayakan (ars celebrandi) Ekaristi. Sebab dalam liturgi Ekaristi kita dapat mengecapi keindahan Kristus dan dituntun oleh-Nya menuju panggilan sejati kita, yaitu kasih (S.Car 35). Mari kita membarui diri agar perayaan Ekaristi kita sungguh mengekspresikan keindahan dan kemuliaan Anak Domba Paskah di atas altar.
- Dalam perayaan Ekaristi hari Minggu kita sungguh bersatu dengan Kristus yang wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Pada hari Minggu, hari Tuhan (Dies Domini) kita merayakan kemenangan dan pembebasan oleh Kristus serta diundang mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang terus menerus kepada Allah sampai kemuliaan-Nya dinyatakan sepenuhnya kepada seluruh umat manusia (S.Car 72).
- Kesatuan kita dengan Kristus Roti Ekaristi terus kita alami juga dalam adorasi. Tradisi penyembahan terhadap Kristus dalam rupa Roti Suci memancarkan kehangatan cinta Kristus yang menerangi kegelapan dunia dan menganugerahkan kekuatan, hiburan, dan topangan dalam perjuangan hidup (EE 25).
Dimensi Sosial dan Ekologis Ekaristi
- Persatuan dengan Yesus Ekaristi mendorong komitmen untuk berbelarasa dengan sesama yang menderita. Menurut Paus Benediktus XVI, mistisisme sakramental dalam Ekaristi berkarakter sosial. Persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi juga merupakan “persatuan dengan semua orang yang kepadanya Ia menyerahkan diri-Nya. Aku tidak dapat memiliki Kristus hanya untuk diriku sendiri. Aku dapat menjadi milik-Nya hanya dalam persatuan dengan semua orang yang telah menjadi, atau yang akan menjadi milik-Nya” (S.Car 89). Merayakan Ekaristi berarti terlibat dalam gerak salib Yesus untuk berkurban dan bersolider dengan sesama yang letih, haus, lapar, galau, dan berbeban berat.
- Karena itu, bersatu dengan Kristus tersalib dalam Ekaristi berarti terlibat untuk mewujudkan perdamaian, pengampunan, dan keadilan sosial di tengah dunia ini: berjuang untuk “mengubah struktur yang tidak adil dan memulihkan rasa hormat terhadap martabat semua pria dan wanita, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah” (S.Car 89).
- Dalam Ekaristi bukan hanya manusia tetapi seluruh alam semesta turut berdendang ria memuliakan Allah. Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan, bahwa perayaan Ekaristi merupakan tindakan kosmik. Beliau berujar, “Sebab walaupun Ekaristi dirayakan di gereja desa yang sederhana, Ekaristi senantiasa dirayakan pada altar dunia. Ekaristi menyatukan langit dan bumi, merangkul dan meresapi seluruh ciptaan” (EE 8). Menurut Paus Fransiskus, dalam Ekaristi, bersatu dengan Anak yang menjelma, “seluruh kosmos mengucap syukur kepada Allah. Dunia yang berasal dari tangan Allah, berbalik kembali kepada-Nya dalam penyembahan yang penuh sukacita dan sempurna” (LS 236). Senada dengan itu Paus Benediktus XVI menandaskan bahwa dalam Roti Ekaristi, “ciptaan diarahkan kepada pengilahian, kepada pesta pernikahan kudus, kepada penyatuan dengan Sang Pencipta sendiri” (Dikutip dalam LS 236).
- Maka perayaan Ekaristi terkait erat dengan komitmen dan tindakan ekologis. Merayakan Ekaristi berarti diutus untuk peduli dengan jeritan ibu bumi dan terlibat dalam gerakan untuk merawat dan melestarikan alam lingkungan. Ekaristi adalah “sumber terang dan motivasi untuk kepedulian kita terhadap lingkungan dan menuntun kita menjadi saudara dan saudari dari seluruh makhluk ciptaan” (LS 236).
Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja
- Ekaristi tidak hanya bermanfaat bagi keselamatan setiap orang tetapi juga bagi persekutuan umat Allah. Gereja hidup dari Ekaristi, ujar Paus Yohanes Paulus II (EE 1). Melalui perayaan Ekaristi, tali kasih persaudaraan umat Allah ditenun oleh Kristus sendiri. Dalam sakramen Roti Ekaristi kesatuan umat beriman yang membentuk satu tubuh dalam Kristus diungkapkan dan diwujudkan (1Kor. 10:17).
- Karena itu, Konsili Vatikan II menandaskan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan umat beriman (LG 11). Seluruh pergumulan hidup kita yang insani dalam dunia yang fana ini terarah kepada persatuan mesra dengan Kristus dalam perayaan Ekaristi. Sebaliknya, melalui Ekaristi, kita dapat menimba kekuatan oase surgawi untuk berziarah di padang gurun dunia ini.
- Demikian pula Bapak-Bapak Konsili dalam dokumen Presbyterorum Ordinis mengajarkan, bahwa “Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarah padanya, sebab dalam Ekaristi tercakup seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus, Paskah kita” (PO 5).
- Melalui Ekaristi, kekayaan rahmat kerahiman Allah dalam Hati Kudus Yesus selalu mengalir tak terbatas dan cuma-cuma ke tengah dunia. Dalam ensiklik Dilexit Nos (Dia mengasihi kita) pada tanggal 24 Oktober 2024, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Hati Kudus Yesus yang merupakan perpaduan cinta Ilahi dan manusiawi, terungkap dan terwujud dalam perayaan wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam Ekaristi, “kasih Hati Kudus Kristus yang penuh belas kasih dan selalu hadir, mengundang kita untuk bersatu dengan-Nya” (DN, 84). Mari dalam Tahun Yubileum 2025 ini, kita terus menerus merayakan Ekaristi dengan penuh syukur dan sukacita, agar tanah Nucalale semakin disirami dan diresapi oleh aliran kerahiman Allah berlimpah-limpah.
Ekaristi dan Pewartaan
- Ekaristi bukan hanya sumber dan puncak kehidupan Gereja tetapi juga misinya. Gereja yang benar-benar Ekaristi adalah Gereja yang misioner (S.Car 84). Inilah yang menjadi wasiat Yesus dalam perjamuan malam terakhir agar para murid menghadirkan dan mewartakan pengorbanan diri-Nya demi keselamatan seluruh umat manusia. Ekaristi berarti bersatu dengan Yesus dan membawa Kristus kepada orang lain. Misteri Ekaristi yang dirayakan menuntut katekese terus menerus agar orang terlibat dalam karya misioner tentang Kristus satu-satunya juru selamat (S.Car 86).
- Karena itu, kita perlu mempersiapkan dan merayakan liturgi sabda dalam Ekaristi dengan sungguh-sungguh. Kristus tidak hanya hadir dalam Roti Ekaristi tetapi juga dalam Sabda-Nya. Sebab “ketika Kitab Suci dibacakan di Gereja, Allah sendiri berbicara kepada umat-Nya, dan Kristus, yang hadir dalam sabda-Nya sendiri, mewartakan Injil” (SC 7).
- Dalam kaitan ini, kita perlu menggalakkan katekese sebagai komunikasi iman agar orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam perayaan Ekaristi. Katekese dijadikan sarana membantu umat memahami liturgi, mendorong partisipasi aktifnya, dan menghubungkan liturgi dengan kehidupan sehari-hari.
Ekaristi dan Budaya Manggarai
- Budaya termasuk budaya Manggarai memiliki hal-hal positif sebagai media pewartaan Injil dan perayaan iman. Karena itu, kita perlu terus menerus menggali kekayaan budaya Manggarai untuk perayaan Ekaristi yang kontekstual. Hal ini tidak hanya menyangkut bahasa Manggarai tetapi juga nilai-nilai kultural seperti communio (neki-weki, ca-nawa; nai ca anggit, tuka ca léléng), saling berbagi (pati ca arit, wingké ca irét), berkorban (rébok agu kamer te ras mosé cama), perdamaian (hambor, libur), transfromasi (célung agu caling), harmoni (raés agu raos, loléng), yang semakin memperkaya pengungkapan Ekaristi.
- Ritus adat Manggarai dapat dirayakan sebelum atau sesudah perayaan Ekaristi apabila sungguh mengandung unsur-unsur dan nilai-nilai yang selaras dan sesuai dengan ajaran Kristiani. Namun, hal ini hendaklah dihindari apabila terdapat unsur-unsur dan nilai-nilai yang bertentangan. Dengan itu, kita tidak terjerumus dalam praktik dualisme atau sinkretisme.
- Inkulturasi Ekaristi dalam budaya Manggarai adalah sebuah proses yang berlangsung terus- menerus. Untuk itu kita harus berpegang pada prinsip yang digariskan Paus Yohanes Paulus II, yakni merawat nilai-nilai positif kultural Manggarai dan memperbarui nilai-nilai negatifnya dari dalam (RM 52). Selain itu, inkulturasi mesti dituntun oleh dua prinsip, yaitu kesesuaian dengan Injil dan persekutuan dengan Gereja universal (RM 54).
Program Pastoral Ekaristi Transformatif 2025
- Bertolak dari inspirasi-inspirasi di atas kami ingin melaksanakan berbagai program pastoral Ekaristi Transformatif yang kontekstual dan integral, dalam pelbagai tingkatan (level) dan bidang.
- Seluruh program pastoral terkait “Ekaristi Transformatif “ dikoordinasi oleh Pusat Pastoral (Puspas) Keuskupan Ruteng. Melalui Komisi-Komisi dalam Rumpun Pewartaan, Pengudusan, Persekutuan, dan Pelayanan Sosial, Puspas mendampingi dan menggerakkan paroki-paroki, lembaga, dan komunitas dalam mengimplementasikan program-program Ekaristi Transformatif. Puspas juga akan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para pelayan pastoral agar memiliki kapabilitas Pastoral Ekaristi Transformatif sebagai sumber dan puncak kehidupan Gereja.
- Untuk mewujudkan Ekaristi Transformatif dalam level paroki (lembaga dan komunitas), kami akan menjalankan program-program berikut:
- Dalam bidang Pewartaan Ekaristi Transformatif, kami akan melaksanakan kegiatan dalam bentuk khotbah, katekese, sosialisasi, imbauan, dan pengumuman, baik secara lisan maupun tertulis melalui flyer/baliho. Secara khusus, kami akan memanfaatkan media digital untuk mempublikasikan Ekaristi Transformatif (website, youtube, facebook, Instagram, tiktok, dll).
- Dalam bidang Liturgi Ekaristi Transformatif, kami akan merayakan Ekaristi mingguan dan harian dengan khidmat dan penuh sukacita.
- Selain itu, kami akan melaksanakan pelatihan jawaban umat, Mazmur tanggapan, dan gestikulasi yang tepat dan benar dalam perayaan Ekaristi.
- Dalam penguatan spiritualitas Ekaristi kami akan mengadakan program-program:
- Rekoleksi umat, retret, dan KRK agar umat semakin termotivasi dan berkomitmen dalam perayaan Ekaristi transformatif.
- Penguatan spiritualitas devosi melalui Adorasi Ekaristi mingguan, Adorasi Jumat I, Prosesi Sakramen Maha Kudus, dan Prosesi Salib Kristus.
- Prosesi Bunda Maria di paroki dan secara istimewa dalam perayaan Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara, Festival Golo Curu Maria Ratu Rosari, Festival Lembah Sanpio Maria Bunda Segala Bangsa, dan Hari Pariwisata Internasional (HPI)
- Dalam bidang Ekaristi Sosial:
- Kami ingin merayakan Ekaristi bersama kelompok rentan yang diintegrasikan dengan aksi sosial karitatif.
- Kami juga mau merayakan Ekaristi bersama kelompok profesi yang disatukan dengan kegiatan sosial transformatif.
- Dalam bidang Ekaristi Ekologi:
- Kami akan merayakan Ekaristi pemberkatan benih dan syukuran panen.
- Kami juga akan merayakan misa ekologis terpadu dengan aksi ekologis, seperti penanaman pohon, pembersihan lingkungan, dan pengolahan sampah organik/anorganik.
- Dalam bidang Budaya:
- Kami akan mengadakan katekese tentang titik temu dan titik silang iman Kristiani dan adat Manggarai, serta Lonto Léok tentang inkulturasi iman Kristiani dalam budaya Manggarai.
- Kami ingin terus merayakan Misa Inkulturasi pada minggu III dalam bulan, serta Misa penti tahunan agar umat mengalami kesatuan dengan Yesus Ekaristi dalam citarasa budaya Manggarai.
- Kami akan terus menyanyikan lagu-lagu Manggarai dari Dereserani yang merupakan hasil kekayaan inkulturasi liturgi yang berharga.
- Dalam bidang perlombaan, kami akan mengadakan lomba koor dan tarian antara kelompok, antara siswa/i di dalam wilayah paroki (SD/ SMP/SMA).
- Dalam tingakatan (level) komunitas (baik teritorial maupun kategorial):
- Kami akan terus merayakan Misa KBG, doa Rosario bulan Mei dan Oktober, serta ziarah KBG.
- Kami juga akan merayakan Misa, doa Rosario, ziarah bersama kelompok kategorial Sekami, OMK, Lansia, keluarga, dan kelompok devosional.
- Kami menyadari pentingnya penguatan kapabilitas pelayan terbaptis di paroki dalam pelayanan Ekaristi secara aktif, khidmat, dan penuh sukacita. Untuk itu, kami akan mengadakan program pelatihan keterampilan liturgis bagi Putera-Puteri Altar (PPA), Akolit, Lektor-Lektris, dan Pemazmur.
- Berkaitan dengan Perayaan Yubileum tahun 2025, kami akan melaksanakan sosialisasi, katekese, dan rekoleksi tahun Yubileum. Dengan itu umat terlibat aktif dalam perayaan Yubileum melalui ziarah ke situs religi, penerimaan sakramen tobat, melakukan karya amal kasih dan karya ekologis, serta mendoakan intensi Bapa Suci.
- Seluruh reksa pastoral Ekaristi Transformatif tahun 2025 akan kami wujudkan dalam lingkaran manajemen pastoral: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Monev) yang efisien dan efektif.
- Kami berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama yang intensif dan harmonis dengan pihak Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga adat, lembaga pendidikan, dan komunitas lainnya dalam mewujudkan program Pastoral Ekaristi Transformatif.
Penutup
- Ekaristi tidak hanya membatasi kehidupan Gereja di tengah dunia tetapi membuka horizon paripurnanya dalam dunia yang akan datang. Dalam Ekaristi, segala makhluk berdendang penuh penantian akan pengharapan sukacita kedatangan juru selamat Yesus Kristus (EE 18). Roti Ekaristi yang disantap memberikan kita anugerah hidup abadi (Yoh. 6:54). Mari dalam Ekaristi, kita terus menyandarkan diri pada-Nya. Pengharapan ini tidak mengecewakan (Rom 5:5).
- Pengharapan eskatologis ini, tidak mengurangi tetapi justru menambah tanggung jawab perutusan kita di tengah-tengah dunia sekarang ini. Ekaristi adalah secercah penampakan surga di atas bumi. Ia adalah seberkas sinar mulia dari Yerusalem surgawi yang menembus awan sejarah dan menerangi peziarahan kita (EE 19 – 20).
- Dalam tahun Ekaristi Transformatif yang sekaligus tahun Yubileum 2025 ini, kami mempersembahkan Gereja Keuskupan Ruteng ke dalam pelukan cinta Bunda Maria, Tabernakel Ekaristi. Semoga dia menuntun kami menjadi peziarah-peziarah penuh pengharapan di tengah dunia ini, agar dalam diri kami bersemi kerinduan akan harta surgawi, serta sukacita dan damai di bumi dari Sang Penebus. Dalam perayaan Ekaristi, Dia kami sembah dan muliakan, bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Wae Lengkas, Ruteng, 9 Januari 2025
Dalam Persaudaraan Sidang Pastoral Post Natal
Uskup Ruteng,
Mgr. Siprianus Hormat

Comments are closed.