Press "Enter" to skip to content

PUSPAS adalah ‘Nazaret Pastoral’: Uskup Sipri saat Pemberkatan Gua Maria Lourdes PUSPAS

KEUSKUPANRUTENG.ORG – Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat memimpin Ibadat Sabda pemberkatan Gua Maria Lourdes di kompleks Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, Selasa sore, 28 Oktober 2025. Pada acara ini hadir Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng RP Sebastian Hobahana, SVD, bersama anggota Kuria, para Ketua Komisi PUSPAS, dan beberapa pastor paroki. Turut hadir Rektor Unika St. Paulus RD Agustinus Manfred Habur, dan Ketua Yayasan Santu Paulus Ruteng (Yaspar) RD Ledobaldus Roling Mujur.

Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat saat berdiri di depan arca Bunda Maria Lourdes di gua yang diberkatinya di kompleks Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, Selasa, 28 Oktober 2025. (Foto : KOMSOS KR)

Gua Bunda Maria Lourdes yang letaknya menghadap langsung ke jalan masuk gedung PUSPAS sebelumnya roboh pada 13 September 2025 lalu. Saat itu sempat terjadi keajaiban karna patung Bunda Maria sama sekali tidak tersentuh oleh reruntuhan material yang jatuh dari langit-langit gua dan patung hanya sedikit bergeser miring dari posisi semula.

Para imam saat rekreasi bersama penuh sukacita setelah pemberkatan Gua Maria Lourdes di kompleks PUSPAS Keuskupan Ruteng. (Foto : KOMSOS KR)

Sekitar sebulan lebih pengerjaan renovasi dilakukan oleh sejumlah tukang dan gua yang baru tersebut nampak lebih asri, natural juga lebih estetik dengan arsitektur yang lebih menyerupai gua alam. Di depan gua ada kolam ikan dan dari bawah kaki arca Maria Lourdes mengalir air mancur yang semakin memperindah daya tarik gua Bunda Maria bagi siapa saja yang berdoa di depannya. Pandangan mata Bunda Maria pun langsung mengarah ke taman doa yang cukup luas di tengah lingkaran gedung PUSPAS.

Gua Maria Lourdes yang kita berkati hari ini hendak menjadi oasis sukacita bagi siapa saja yang datang dengan beban, kegelisahan, dan rasa letih. Di bawah naungan lembut Bunda Maria, setiap orang diundang untuk mengalami kembali kunjungan ilahi untuk menyadari bahwa Allah masih mau datang mengetuk hati manusia,” ujar Mgr. Siprianus.

Bapa Uskup menambahkan, setiap doa yang terucap di gua ini, setiap lilin yang bernyala, adalah gema dari sapaan Elisabet kepada Maria: Salam, engkau diberkati di antara segala perempuan. “Dan semoga setiap peziarah yang datang, pulang dengan hati yang melonjak seperti Yohanes di rahim Elisabet, penuh Roh Kudus, penuh sukacita.”

Belajar Bergerak dari PUSPAS

Menyinggung tentang Pusat Pastoral (PUSPAS), Mgr. Siprianus mengatakan, di sinilah Gereja lokal belajar bergerak seperti Maria, tidak menunggu umat dan paroki datang mencari, tetapi pergi menjumpai; tidak berdiam di menara gading birokrasi tetapi turun ke pegunungan hati umat.

Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen saat menyampaikan sambutannya pada Ibadat Sabda Pemberkatan Gua Bunda Maria Lourdes di kompleks PUSPAS, Selasa, 28 Oktober 2025 malam. Ia mengatakan Bunda Maria Lourdes adalah sumber kekuatan spiritual yang meresapi dan menuntun gerakan pastoral Puspas selama ini. (Foto : KOMSOS KR)

“PUSPAS adalah ‘Nazaret pastoral’ tempat Sabda dilahirkan dalam bentuk karya nyata, seperti pelatihan, pendampingan, festival iman, dan formasi para pelayan Gereja. Ketika hari ini kita memberkati Gua Maria Lourdes, kita sebenarnya sedang memberkati arah perjalanan Gereja kita. Seperti Maria yang berjalan membawa Kristus kepada Elisabet, demikian juga PUSPAS di utus membawa Kabar Gembira ke seluruh pelosok Manggarai Raya,” ucap Mgr. Siprianus.

Melahirkan 3 Festival Besar

Dikatakan oleh Mgr. Siprianus, Maria menjadi ikon Gereja yang ideal: mendengarkan Sabda, membawanya dalam hati, dan melahirkan sukacita bagi dunia. Ia adalah Gereja yang berjalan, bukan Gereja yang berdiam diri. Ia adalah ibu yang memuliakan Tuhan bukan dengan mulut, tapi dengan hidup. Ketika Maria berjalan ke rumah Elisabet, sebenarnya Allah sedang berjalan ke dunia. Dalam dirinya, Sabda Allah menjadi daging dan dunia yang lama mulai berubah.

Demikian pula PUSPAS, sebagai ‘dapur reksa pastoral Keuskupan Ruteng’ dipanggil untuk menjadi Gereja yang hidup dan berjalan, bukan sekedar kantor yang menyusun program. Di sinilah Sabda Allah diolah menjadi strategi pastoral, di sinilah gagasan menjadi gerakan kasih. Dari dapur inilah lahir berbagai ‘perjalanan Maria modern’ yakni Festival Golo Koe yang kini dimliki Keuskupan Labuan Bajo, Festival Lembah Sanpio, dan Festival Golo Curu, semua menjadi tanda bahwa semangat Maria tidak berhenti di Nazaret, tetapi terus bernyala di tanah Manggarai,” kata Mgr. Siprianus.

De Maria, nunquam satis. Tentang Maria, tak akan pernah cukup. Kalimat ini, Mgr. Siprianus menuturkan, merupakan gambaran tepat denyut nadi PUSPAS di mana selalu ada cara baru untuk menghadirkan wajah Maria, wajah Gereja yang melayani dengan rendah hati, berjalan dengan iman, dan menular dengan sukacita. (Sasha Claudia)

Comments are closed.