KEUSKUPANRUTENG.ORG – Festival Golo Curu “Bunda Maria Ratu Rosari” untuk ke-4 kalinya akan diselenggarakan di Ruteng 3-7 Oktober 2025. Festival tahunan yang bernuansa religi, budaya, dan pariwisata ini telah menjadi daya tarik terutama sebagai kegiatan spiritual yang memperteguh dan merayakan iman umat kepada Yesus Kristus Sang Penebus melalui Bunda-Nya Perawan Maria.
Pada Selasa pagi, 30 September 2025, panitia Festival Golo Curu (selanjutnya ditulis FGC) menggelar acara jump pers dengan para awak media di Aula Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng. Kegiatan ini dihadiri Ketua Umum Panitia FGC Yosefus Nono, Ketua Pelaksana RD Ignasius F. R. Bora, Direktur PUSPAS RD Martin Chen, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Aloysius Jebarut.

Ketua Umum Panitia Festival Golo Curu 2025 Yosefus Nono, dan Ketua Pelaksana RD Ignasius F. R. Bora saat acara jumpa pers dengan wartawan media cetak, online dan televisi di Aula Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, Selasa, 30 September 2025 dalam rangka Festival Golo Curu 3-7 Oktober 2025. (Foto : SASHA/KEUSKUANRUTENG.ORG)
Pada kesempatan ini Yosep Nono menjelaskan, FGC diselenggarakan dalam kerja sama erat dan harmonis anatara Gereja dan Pemda Kabupaten Manggarai serta melibatkan juga berbagai stake holder lainnya. “Kerja sama jejaring inilah yang kiranya menjadi model kebersamaan Gereja dan Pemerintah serta masyarakat dalam mewujudkan tanah Nuca Lale yang makmur dan bahagia,” ujarnya.
Mendorong Perkembangan UMKM Umat
Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS), RD Martin Chen mengatakan, melalui FGC diharapkan ada komunitas iman Gereja semakin erat berpadu (dalam Bahasa setempat nai ca anggit, tuka ca leleng), kehidupan ekonomi umat semakin sejahtera, keunikan dan kekayaan kultural Manggarai semakin tersebar indah, dan keutuhan ciptaan semakin bersemi di tanah Nuca Lale tercinta ini.
RD Martin menuturkan, melalui FGC yang pada tahun ini dipersiapkan dengan lebih baik dan diharapkan pelaksanaannya lebih baik pula dari tahun-tahun sebelumnya, akan menarik lebih banyak wisatawan yang mengunjungi event tersebut. Selain itu, telah menjadi realitas bahwa ada begitu banyak UMKM umat dari berbagai paroki di Keuskupan Ruteng yang berpartisipasi dan semakin banyak UMKM yang terus berkembang di paroki-paroki.
“Sebelum Festival ada, dulu tidak ada satu paroki pun yang punya UMKM. Sekarang ada sekitar sepuluh paroki yang sudah memiliki UMKM tetap, seperti di Paroki Tentang yang sekarang masuk wilayah Keuskupan Labuan Bajo ada rumah produksi tanaman-tanaman obat seperti jahe, kunyit. Begitu juga di Ranggu (Wajur, Red) dengan produksi gula merah yang dikoordinir langsung dan dimiliki oleh paroki. Demikian juga di Colol kita punya Kopi Tuang yang didampingi Universitas Indonesia, di Beteng Jawa kelompok umat yang mengembangkan tuak. Mereka juga akan datang ke Festival Golo Curu. Paroki-paroki telah membantu mengembangkan ekonomi umat,” kata RD Martin.

Direktur Pusat Pastoral keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen. Dia mengatakan, Festival Golo Curu sejak pertama kali dilaksanakan telah menumbuhkembangkan UMKM-UMKM umat di banyak paroki dan menjadi ajang di mana semua UMKM berpartisipasi secara besar-besaran dalam mempromosikan dan memasarkan produk-produk usaha mereka.(Foto : KOMSOS KEUSKUPAN RUTENG)
Dikatakan RD Martin, pada FGC 2025 ini ada juga indikator yang menunjukkan bahwa di bidang seni-budaya mengalami perkembangan menggembirakan, di mana ada banyak kelompok seni-budaya (sanggar) yang antri mendaftar untuk mendapat tempat di panggung utama FGC di pelataran Gereja Katedral. “Ini potensi yang bagus. Kalau kita sandingkan dengan UMKM, di sana terlihat bagaimana kerja sama yang harmonis antar umat beragama terlihat. Ada banyak teman-teman dari lintas etnis dan agama lain, seperti kaum muslim yang juga ikut dalam UMKM.”
Berdampak Besar pada Pariwisata
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, Aloysius Jebarut pada kesempatan konpres ini mengatakan, berkat kolaborasi yang baik antara Keuskupan Ruteng dengan Pemda Kabupaten Manggarai pelaksanaan FGC tahun 2025 akan semakin lebih baik. “Kami Pemda Kabupaten Manggarai melalui Dinas Pariwisata mendukung sepenuhnya pelaksanaan kegiatan ini yang leading sectornya ada di Keuskupan Ruteng,” kata Aloysius.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, Aloysius Jebarut saat berbicara dalam kegiatan konferensi pers menyongsong Festival Golo Curu 2025 yang diadakan di Aula Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng, Selasa, 30 September 2025 pagi. (Foto : SASHA/ KEUSKUPANRUTENG.ORG)
Melalui FGC yang telah memasuki tahun ke-4 tersebut, lanjut Aloysius, dampak besar yang terlihat adalah bagaimana para wisatawan baik domestik maupun mancanegara bisa datang dan menyaksikannnya secara langsung. “Event seperti ini sangat berdampak kepada pariwisata dan mendatangkan banyak wisatawan ke Manggarai. Dampak lanjutannya ketika wisatawan ramai berkunjung ke sini adalah sektor usaha pariwisata bisa berkembang dengan baik juga, termasuk kelompok-kelompok ekonomi kreatif mendapat keuntungan,” tambahnya.

Para wartawan dari media online, cetak dan televisi saat menghadiri acara konferensi pers yang diadakan oleh Panitia Festival Golo Curu tahun 2025 di Aula Pusat Pastoral di Jalan Pelita, Ruteng. Pada kesempatan ini para pekerja media juga diberi kesempatan untuk menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan FGC. (Foto : SASHA/ KEUSKUPANRUTENG.ORG)
FGC 2025 akan dimeriahkan oleh berbagai kegiatan, seperti prosesi arca Maria Ratu Rosari di paroki-paroki sekitar Kota Ruteng, pameran dan pentas seni, kegiatan sosial karitatif dan ekologis, lomba paduan suara, defile dan karnaval budaya, tarian kolosal Maria Ratu Rosari, prosesai akbar Maria Ratu Rosari dari Gereja Katedral Ruteng menuju puncak Bukit Golo Curu serta Konser penutup festival.
Menariknya pula, pada setiap event Karnaval Budaya, salah satu dari rangkaian acara FGC, selalu dimeriahkan oleh keikutsertaan berbagai paroki yang ada di keuskupan Ruteng, termasuk dari Keuskupan Labuan Bajo yang menampilkan pula keunggulan-keunggulan dan daya tarik paroki serta berbagai kelompok dari lintas etnis, agama dan budaya yang ada di tanah Nuca Lale. Karnaval Budaya menjadi pusat perjumpaan dari keberagaman masyarakat Manggarai dalam satu bahasa : kasih, persaudaraan dan sukacita. (Sasha Claudia)

Comments are closed.