Press "Enter" to skip to content

Inspirasi Minggu:  Sukacita Maria Assumpta

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

(Minggu 10 Agustus 2025: Luk 1:39-46; Why 12:1-6 ; 1 Kor 15:20-26)

Bila kita renungkan: ada begitu banyak rencana dalam hidup ini yang tak terwujud. Demikian pula selaksa kerinduan yang bergayut begitu lama tapi tak pernah terpenuhi. Saat kematian menjemput, semua harapan menjadi sirna. Lalu dengan itu apakah seluruh ziarah hidupku di dunia ini sia sia belaka?

Yang lebih menyakitkan ketika dalam ziarah kehidupan ini, ada banyak kegagalan yang menimpa diri. Tak terhingga luka hidup yang menganga lebar dan dalam, tak tersembuhkan. Sederet noda hitam yang menggurat sejarah kehidupan ini, seakan tak terhapuskan. Lalu, begitu tragiskah akhir kehidupan setiap insan di muka bumi ini?

Puji Tuhan! Fajar pagi menyembul manja dari haribaan Sang Bunda, Maria yang diangkat ke Surga. Dalam peristiwa Maria Assumpta, yang kita rayakan hari ini, tampaklah bahwa hidup setiap insan yang rapuh di tengah dunia yang fana ini tidaklah sia-sia. Sejarah hidup ini, juga yang buram dan kelam, tidak akan berakhir tragis dalam kegelapan makam. Sebab Sang Khalik Kehidupan akan menyambut mesra setiap insan ke dalam pangkuan ilahi-Nya. Dia sendiri yang akan membarui kehidupan setiap mahkluk dan menuntunnya menuju kepenuhan. Apa yang belum selesai, akan disempurnakan oleh-Nya. Apa yang gagal akan dibarui oleh-Nya. Apa yang terluka akan disembuhkan-Nya. Apa yang berdosa akan diampuni oleh-Nya. Apa yang rapuh dan fana akan direngkuh dalam keabadian-Nya.

Keyakinan akan “kuat kuasa” cinta ilahi yang mengubah dan membarui segalanya, itulah yang didendangkan indah oleh bunda Maria dalam kidung magnifikatnya: jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bersorak sorai karena Allah Juru Selamatku. Dialah yang mengubah diriku yang hina dina ini menjadi “ibu Tuhan” (Luk 1). Dialah yang mengenyangkan orang lapar. Dialah yang akan memuliakan martabat setiap insan yang dalam sejarah dunia ini terjerembeb dalam lumpur kehinaan. Dalam peristiwa Maria Assumpta, apa yang sudah terwujud dalam peristiwa inkarnasi, kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya, kini dialami oleh Maria secara utuh dan sempurna. Kini dia boleh mengalami kepenuhan sukacita surgawi. Dialah yang menurut Rasul Paulus mengalami buah penebusan Kristus yang sempurna yakni kebangkitan sepenuhnya dengan jiwa dan badan (1Kor 15). Dialah yang dalam Kitab Wahyu dilukiskan sebagai “Sang Perempuan yang berselubungkan matahari, bermahkotakan 12 bintang dengan bulan di bawah kakinya” (Why 11).

Tapi bukan hanya untuk dirinya sendiri. Apa yang diterima oleh bunda Maria dalam pengangkatan-Nya ke Surga, akan dialami pula oleh anak-anaknya. Karena itu Konsili Vatikan 2 dalam dokumen Lumen Gentium menyebut Maria sebagai “typos” Gereja. Apa yang dialami olehnya dalam sukacita ilahi, itu pulalah yang akan dialami oleh Gereja, oleh setiap anggota Gereja, anak-anaknya. Maka perayaan

Maria Assumpta sesungguhnya bukan hanya “pesta” bunda Maria tapi juga “pesta” kita semua. Cahaya surgawi yang menaungi sang Bunda, kini juga telah tersingkap lebar menyinari kita semua. Sukacita Maria dalam perayaan pengangkatannya ke Surga adalah kegembiraan kita semua.

Akan tetapi, horison kemuliaan surgawi ini hendaknya tidak membuat kita hanya bermimpi dan merindu akan kebahagiaan yang “akan datang”. Tetapi menguatkan dan membarui semangat, komitmen dan orientasi dalam perjuangan hidup nyata di tengah pergumulan dunia ini. Jika tidak, maka benarlah yang dikritik pedas oleh Karl Marx atas Gereja dan setiap agama. Menurutnya agama itu ibarat “opium” bagi masyarakat. Agama menghipnotis dan membius orang dengan ketenangan dan kedamaian yang semu. Karena mengalihkannya dari penderitaan dan ketidakadilan yang dialaminya sekarang ini di tengah dunia ini dengan janji-janji palsu akan masa depan yang bahagia di Surga.  

Perayaan Maria Assumpta bukanlah janji manis akan kebahagiaan  di masa depan bagi putra-putri Maria. Ini bukanlah ritus keagamaan untuk menutupi penderitaan dalam perjuangan hidup sehari-hari dan meninabobokan kita dengan janji palsu akan masa depan baru yang bahagia. Tetapi perayaan Maria Assumpta sejatinya menjadi pembaruan komitmen kehidupan untuk menata dan mengisi hidup sehari-hari yang nyata dengan lebih aktif, inspiratif, kreatif dan transformatif. Bukan pertama-tama dengan kekuatan manusiawi yang rapuh tetapi dengan daya kekuatan ilahi yang abadi. Itulah yang dimadahkan bunda Maria hari ini: jiwaku bersorak sorai karena Allahlah juru selamatku (Luk 1). Mari kita dengan sepenuh hati dan segenap perjuangan turut bersukacita bersama bunda Maria, karena cinta Tuhan yang indah, mesra dan abadi dalam hidup nyata sehari-hari. Happy Sunday! Selamat pesta Maria Assumpta! Tuhan melalui bunda Maria selalu memberkati dan memelukmu dengan cinta ilahi…

Comments are closed.