Press "Enter" to skip to content

Inspirasi Minggu 18-C: “Kaya di Hadapan Allah”

Oleh : RD Martin Chen | Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng

(Minggu, 3 Agustus 2025: Luk 12:13-21; Pkh 2: 21-23; Kol 3:1-5.9-11)

Bolehkan kita orang beriman Kristiani mengumpulkan harta di tengah dunia ini? Tentu saja boleh. Sebab tanpa harta yang secukupnya, orang kesulitan untuk menjalankan hidup yang wajar dan lancar di tengah dunia ini. Sebut saja misalnya, orang butuh harta untuk mencukupi kebutuhan makan minum sehari-hari, kesehatan, dan pendidikan.

Yesus tidak melarang kita mencari nafkah dan mengumpulkan harta. Tetapi yang diwanti-wanti oleh-Nya adalah bahaya ketamakan. Apakah itu? 

Tamak berarti terikat dan terpesona dengan harta duniawi. Karena itu orang menggunakan segala cara untuk memperolehnya termasuk mencuri dan korupsi. Dalam ketamakan orang hanya mencari dan memiliki harta untuk diri sendiri, dan untuk itu ia akan dengan tega dan brutal mengurbankan dan menyingkirkan orang lain. Jadi tamak itu jahat karena peran destruktifnya secara sosial yang merusak orang lain.

Bukan hanya secara sosial, tetapi juga secara ekologis, ketamakan inilah yang merusak lingkungan hidup. Orang tamaklah perusak alam nomor wahid. Demi nafsu hartanya, dia mengeksploitasi alam, dan menghisap alam semena-mena untuk dirinya…

Bukan hanya merusak alam dan sesama, tapi tamak juga sesungguhnya merusak diri sendiri. Dalam ketamakan orang merasa dapat menemukan kebahagiaan hidupnya dalam kepemilikan harta yang berlimpah. Tapi justru inilah yang keliru. Karena harta dunia hanya memberi kebahagiaan semu kepada dirinya. Ia hanya merasakan kenikmatan sementara. Karena seperti perumpamaan Yesus dalam injil, bahwa harta itu bersifat fana sebagaimana manusia juga mahkluk fana. Hal senada telah diperingatkan oleh Kitab Pengkotbah “segalanya sia-sia” di muka bumi ini.

Karena itu Yesus mengajak saya dan engkau untuk “kaya di hadapan Allah”. Itulah menurut-Nya yang akan memberi kebahagiaan sejati kepada kita.  Senada dengan itu, Rasul Paulus menggarisbawahi jatidiri kita sebagai orang tebusan Kristus dalam orientasi kepada Allah. Tentu bukan berarti saya tak perlu sibuk dengan urusan di dunia ini. Tetapi arah dasar hidup yang dirubah, bukan pada dunia tetapi pada Allah. Harta dunia mesti sebatas sarana yang menghantar menuju Allah dan bukannya sebaliknya. Karena itu, “Carilah dan pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di dunia ini”, demikian ujar rasul Paulus. Selamat merayakan hari minggu… Mari kita giat berlomba-lomba untuk semakin “kaya di hadapan Allah”

Comments are closed.